Sabtu, 24 Oktober 2015

ALLAH MAHA BAIK DAN RANCANGAN-NYA INDAH

Yeremia 3:11-18

I.     Pendahuluan
Presdistinasi Allah (Rancangan Keselamatan Allah) untuk menyelamatkan bangsa Israel sangat jelas melalui Yeremia yang dipanggil dan diutus Allah sebelum dibentuk dalam rahim ibunya (Yeremia 1:4-5). Nama Yeremia berasal dari bahasa Ibrani "Yirmeyahu" yang berarti telah menunjuk. Artinya, jauh-jauh hari Allah sudah menetapkan dan merancang Yeremia sebagai Nabi yang menyuarakan kemerdekaan kepada bangsaNya. Panggilan Yeremia sebagai nabi pada tahun 13 pada pemerintahan Raja Yosia (627 SM). Tugas yang diberikan Allah kepada Yeremia bukanlah tugas yang mudah, menyuarakan perubahan dan pertobatan agar seluruh bangsa itu memperoleh keselamatan.

II.     Latar Belakang
Setelah pemerintahan raja Salomo, kerajaan Israel terpecah menjadi dua bagian, yaitu di bagian Utara (kerajaan Israel), dibagian Selatan (kerajaan Yehuda). Yeremia lahir pada akhir masa pemerintahan raja Manasye, dimana terjadinya pergolakan pada bangsa Yehuda. Pada masa pemerintahan Manasye, Yehuda berada dalam jajahan bangsa Asyur. Manasye setia kepada asyur dengan mendirikan mezbah bagi dewa-dewa Asyur disekitar lingkungan Bait Allah. Ia memaksa orang-orang Yehuda menyembah Baal yang adalah dewa kesuburan orang kanan, persundalan suci, dan korban anak-anak dan siapa yang melawannya akan dihukum mati. Hal tersebut menyebabkan orang-orang menggunakan ritus kafir untuk memuja Tuhan, sebab mereka sudah tidak bisa membedakan antara Tuhan dan dewa-dewa tersebut. Ketika agama Baal dan kafir merajalela pada saat itu, banga Yehuda mengalami kemerosotan agama serta terjadi korupsi dan ketidak adilan. Pengutusan Yeremia untuk mengingatkan Israel dan Yehuda agar tidak melakukan kejahatan ber “allah” (menyembah pohon) seperti yang dilakukan Israel (Yer 3:6) dan Yehuda bersundal/berzinah dengan menyembah batu dan kayu (Yer 3:9).
Israel sebenarnya sadar bahwa kejahatan itu sangat dibenci Tuhan, namun mereka tidak segera bertobat. Karena itu melalui nabi Yeremia Tuhan berkata :“Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad, demikianlah firman Tuhan, muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini murah hati, demikian firman Tuhan, tidak akan murka untuk selama-lamanya” (Yer 3:12). Panggilan Tuhan kepada Israel dan Yehuda menunjukkan kasih Tuhan pada umatNya agar mereka segera bertobat dan menyembah Tuhan saja, sebab Tuhan tidak ingin umatNya menyembah “allah lain”.

Diantara kecaman yang dilontarkan kepada umat yang tidak setia, terdapat tatapan kedepan yang penuh harapan ke Sion (Yer 3:14). Bila umat berbalik, Tuhan berjanji akan mengangkat para gembala, pemimpin umat, yang hidup sesuai dengan hati-Nya (Yer 3:15). Yerusalem akan dipulihkan menjadi tahta Tuhan dan pusat ibadah segala bangsa “demi nama Tuhan” (bdk. Yes 2:1-3). Lebih lanjut, terungkap harapan, kelak kerajaan Israel Raya yang pernah terbelah dua itu akan dipersatukan kembali (Yer. 3:18). Jika umat Tuhan mau kembali kepada Tuhan, bukan saja mereka akan terhindari murkaNya, melainkan juga akan memberi dampak yang luar biasa bagi dunia, “bansa-bangsa akan saling memberkati di dalam Dia” (bdk Yer 4:1-4).

III.    Aplikasi
Mungkin diantara kita ada yang sedang hidup seperti sikap orang Israel dan Yehuda yang tidak lagi menyembah atau mengandalkan Tuhan, melainkan mengandalkan kekuatannya, kepandaiannya, kekayaannya, pengalamannya. Apabila sikap seperti ini terjadi dalam hidup kita, marilah kita segera bertobat dan kembali kepada Allah yang hidup. Dengan mengakui semua dosa kejahatan itu, maka sesuai dengan janji-Nya dalam 1 Yohanes 1:9 Allah yang murah hati itu akan menyucikan segala dosa kita.
                       
Bagaimana pun, Tuhan yang memanggil Israel adalah Allah yang “pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia”. Ia tidak selamya menuntut, apalagi mendendam (Mazm 103:8-9), Oleh kemurahan hatiNya, Ia tetap memanggil umat yang murtad untuk kembali kepadaNya (Yer 3:12). Dibalik kekecewaanNya selalu terselip pengampunan dan kerinduan untuk merangkul orang berdosa. Namum, seperti yang kita baca dalam perumpamaan “Bapa yang menyambut anak yang hilang” (Luk 15), perjalanan kembali seperti itu dimulai dari pengakuan akan dosa dan kesalahan yang telah dilakukan (Hos 3:13; Luk 15:18-20). Firman Tuhan melalui Yeremia mengajak kita kembali pada langkah dasar yang amat menentukan ini. Apakah langkah ini yang akan kita ambil hari ini, yaitu mengakui segala dosa yang kita lakukan?

Yeremia dengan tegas mengingatkan kita untuk mengandalkan Tuhan dengan segenap diri kita, bukan mengandalkan manusia lain, bukan mengandalkan kekuatan sendiri. Dengan mengandalkan sesuatu yang bukan Tuhan, itu artinya kita menduakan Tuhan dan tidak ada tempat bagi orang yang menomor duakan Tuhan yang telah menciptakan kita seturut gambarNya dan yang memiliki rencana luar bias bagi hidup kita. Tidak main-main. Tuhan mengutuk orang-orang yang seperti ini. Beginilah firman Tuhan : “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara. Ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.” (Yeremia 5:6) Sebaliknya, Tuhan memberkati orang-orang yang berpengharapan kepadaNya. Seperti pohon yang tumbuh di tepi air. Pohon yang akan terus mendapatkan cukup air, tidak akan pernah kekeringan dan layu, malah akan terus berbuah. Ini janji Tuhan yang luar biasa bagi orang-orang yang terus mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan senantiasa ke dalam keputusanNya. Saya mengalami sendiri apa yang mungkin terjadi ketika mengandalkan Tuhan di atas segalanya. Berbagai mukjzat, perlindungan, kedamaian penuh sukacita, pernyertaanNya, sungguh membuat hidup ini bisa terasa jauh lebih indah.

Mungkin pekerjaan Tuhan tidak instan, namun pertolonganNya akan selalu hadir tepat waktu. Semua itu, baik cepat atau lambat, jika kita serahkan sesuai kehendakNya bertujuan untuk kebaikan kita. Dia tau apa yang terbaik bagi kita, lebih dari apa yang terbaik menurut kita. Kita harus mengakui bahwa kita tidaklah mampu untuk menentukan jalan kita sendiri. Kita butuh penyertaan Tuhan, karena hari-hari yang kita lalui tidaklah mudah. Yeremia menyadari itu “Aku tau, ya Tuhan, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.” (Yeremia 10:23). Tuhan lebih mengenal kita lebih dari siapapun. Tuhan selalu siap melindungi orang-orang setia kepadaNya. “Langkah kaki orang-orang yang dikasihiNya dilindungiNya, tetapi orang-orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya sendiri seseorang berkuasa.”  (1 Samuel 2:9). Maka sudah selayaknya kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Hiduplah dengan tuntunan Roh Kudus, berpeganglah selalu dengan erat.

Ketika kita menjadi orang-orang setia yang selalu mengandalkan Tuhan dan bukan manusia atau kekuatan diri sendiri, Tuhan tidak akan sabar untuk mencurahkan kasih dan pertolonganNya kepada orang-orang yang selalu rindu padaNya. “Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasihNya kepada kita; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kita. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia” (bnd Yesaya 30:18). Lihatlah Tuhan menanti-nantikan untuk menunjukkan betapa Dia mengasihi kita. Ketika hal ini berlaku, Dia akan mendengarkan menjawab segala teriakan dan tangisan kita. (ay 19). Tuhan tengah menanti-nanti kedatangan orang-orang yang percaya dan menggantungkan harapannya tanpa putus kepadNya. Andaikanlah Tuhan, bukan yang lain. Tuhan pasti menjawab dan memberikan jalan keluar terbaik. Tuhan rindu untuk mencurahkan kasih dan pertolonganNya kepada orang yang selalu rindu akan Tuhan. Amen.



Diskusi :
Bagaimana dengan kita selama ini menjalani hidup dalam kehidupan ini. Apakah kita selalu andalkan dan tidak pernah berpaling dari Tuhan?

Kita semua mengetahui bahwa Tuhan itu baik dan kasihsetiaNya senantiasa diberikan kepada kita, namun mengapa kita harus sering meninggalkan Tuhan dengan alasan-alasan yang tak sebanding dengan kebaikanTuhan?

                                                                                                                       
Pdt. Darwin Sibarani, S.Th.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar