Yeremia 3:11-18
I. Pendahuluan
Presdistinasi Allah (Rancangan
Keselamatan Allah) untuk menyelamatkan bangsa Israel sangat jelas melalui
Yeremia yang dipanggil dan diutus Allah sebelum dibentuk dalam rahim ibunya
(Yeremia 1:4-5). Nama Yeremia berasal dari bahasa Ibrani "Yirmeyahu"
yang berarti telah menunjuk. Artinya, jauh-jauh hari Allah sudah menetapkan dan
merancang Yeremia sebagai Nabi yang menyuarakan kemerdekaan kepada bangsaNya.
Panggilan Yeremia sebagai nabi pada tahun 13 pada pemerintahan Raja Yosia (627
SM). Tugas yang diberikan Allah kepada Yeremia bukanlah tugas yang mudah,
menyuarakan perubahan dan pertobatan agar seluruh bangsa itu memperoleh
keselamatan.
II. Latar
Belakang
Setelah pemerintahan raja Salomo,
kerajaan Israel terpecah menjadi dua bagian, yaitu di bagian Utara (kerajaan
Israel), dibagian Selatan (kerajaan Yehuda). Yeremia lahir pada akhir masa
pemerintahan raja Manasye, dimana terjadinya pergolakan pada bangsa Yehuda.
Pada masa pemerintahan Manasye, Yehuda berada dalam jajahan bangsa Asyur.
Manasye setia kepada asyur dengan mendirikan mezbah bagi dewa-dewa Asyur
disekitar lingkungan Bait Allah. Ia memaksa orang-orang Yehuda menyembah Baal
yang adalah dewa kesuburan orang kanan, persundalan suci, dan korban anak-anak
dan siapa yang melawannya akan dihukum mati. Hal tersebut menyebabkan
orang-orang menggunakan ritus kafir untuk memuja Tuhan, sebab mereka sudah
tidak bisa membedakan antara Tuhan dan dewa-dewa tersebut. Ketika agama Baal
dan kafir merajalela pada saat itu, banga Yehuda mengalami kemerosotan agama
serta terjadi korupsi dan ketidak adilan. Pengutusan Yeremia untuk mengingatkan
Israel dan Yehuda agar tidak melakukan kejahatan ber “allah” (menyembah pohon)
seperti yang dilakukan Israel (Yer 3:6) dan Yehuda bersundal/berzinah dengan
menyembah batu dan kayu (Yer 3:9).
Israel sebenarnya sadar bahwa
kejahatan itu sangat dibenci Tuhan, namun mereka tidak segera bertobat. Karena
itu melalui nabi Yeremia Tuhan berkata :“Kembalilah, hai Israel, perempuan murtad,
demikianlah firman Tuhan, muka-Ku tidak akan muram terhadap kamu, sebab Aku ini
murah hati, demikian firman Tuhan, tidak akan murka untuk selama-lamanya” (Yer 3:12). Panggilan Tuhan kepada Israel dan
Yehuda menunjukkan kasih Tuhan pada umatNya agar mereka segera bertobat dan
menyembah Tuhan saja, sebab Tuhan tidak ingin umatNya menyembah “allah lain”.
Diantara kecaman yang dilontarkan
kepada umat yang tidak setia, terdapat tatapan kedepan yang penuh harapan ke
Sion (Yer 3:14). Bila umat berbalik, Tuhan berjanji akan mengangkat para
gembala, pemimpin umat, yang hidup sesuai dengan hati-Nya (Yer 3:15). Yerusalem
akan dipulihkan menjadi tahta Tuhan dan pusat ibadah segala bangsa “demi nama
Tuhan” (bdk. Yes 2:1-3). Lebih lanjut, terungkap harapan, kelak kerajaan Israel
Raya yang pernah terbelah dua itu akan dipersatukan kembali (Yer. 3:18). Jika
umat Tuhan mau kembali kepada Tuhan, bukan saja mereka akan terhindari
murkaNya, melainkan juga akan memberi dampak yang luar biasa bagi dunia,
“bansa-bangsa akan saling memberkati di dalam Dia” (bdk Yer 4:1-4).
III. Aplikasi
Mungkin diantara kita ada yang
sedang hidup seperti sikap orang Israel dan Yehuda yang tidak lagi menyembah
atau mengandalkan Tuhan, melainkan mengandalkan kekuatannya, kepandaiannya, kekayaannya,
pengalamannya. Apabila sikap seperti ini terjadi dalam hidup kita, marilah kita
segera bertobat dan kembali kepada Allah yang hidup. Dengan mengakui semua dosa
kejahatan itu, maka sesuai dengan janji-Nya dalam 1 Yohanes 1:9 Allah yang
murah hati itu akan menyucikan segala dosa kita.
Bagaimana pun, Tuhan yang memanggil
Israel adalah Allah yang “pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah
kasih setia”. Ia tidak selamya menuntut, apalagi mendendam (Mazm 103:8-9), Oleh
kemurahan hatiNya, Ia tetap memanggil umat yang murtad untuk kembali kepadaNya
(Yer 3:12). Dibalik kekecewaanNya selalu terselip pengampunan dan kerinduan
untuk merangkul orang berdosa. Namum, seperti yang kita baca dalam perumpamaan
“Bapa yang menyambut anak yang hilang” (Luk 15), perjalanan kembali seperti itu
dimulai dari pengakuan akan dosa dan kesalahan yang telah dilakukan (Hos 3:13;
Luk 15:18-20). Firman Tuhan melalui Yeremia mengajak kita kembali pada langkah
dasar yang amat menentukan ini. Apakah langkah ini yang akan kita ambil hari
ini, yaitu mengakui segala dosa yang kita lakukan?
Yeremia dengan tegas mengingatkan
kita untuk mengandalkan Tuhan dengan segenap diri kita, bukan mengandalkan
manusia lain, bukan mengandalkan kekuatan sendiri. Dengan mengandalkan sesuatu
yang bukan Tuhan, itu artinya kita menduakan Tuhan dan tidak ada tempat bagi
orang yang menomor duakan Tuhan yang telah menciptakan kita seturut gambarNya
dan yang memiliki rencana luar bias bagi hidup kita. Tidak main-main. Tuhan mengutuk
orang-orang yang seperti ini. Beginilah firman Tuhan : “Terkutuklah orang yang
mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri dan yang hatinya
menjauh dari pada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara. Ia
tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di
padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.” (Yeremia 5:6)
Sebaliknya, Tuhan memberkati orang-orang yang
berpengharapan kepadaNya. Seperti pohon yang tumbuh di tepi air. Pohon yang akan
terus mendapatkan cukup air, tidak akan pernah kekeringan dan layu, malah akan
terus berbuah. Ini janji Tuhan yang luar biasa bagi orang-orang yang terus
mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan senantiasa ke dalam keputusanNya. Saya
mengalami sendiri apa yang mungkin terjadi ketika mengandalkan Tuhan di atas
segalanya. Berbagai mukjzat, perlindungan, kedamaian penuh sukacita,
pernyertaanNya, sungguh membuat hidup ini bisa terasa jauh lebih indah.
Mungkin pekerjaan Tuhan tidak
instan, namun pertolonganNya akan selalu hadir tepat waktu. Semua itu, baik
cepat atau lambat, jika kita serahkan sesuai kehendakNya bertujuan untuk
kebaikan kita. Dia tau apa yang terbaik bagi kita, lebih dari apa yang terbaik
menurut kita. Kita harus mengakui bahwa kita tidaklah mampu untuk menentukan
jalan kita sendiri. Kita butuh penyertaan Tuhan, karena hari-hari yang kita
lalui tidaklah mudah. Yeremia menyadari itu “Aku tau, ya Tuhan, bahwa manusia
tidak berkuasa untuk menentukan jalannya dan orang yang berjalan tidak berkuasa
untuk menetapkan langkahnya.” (Yeremia 10:23). Tuhan lebih mengenal kita lebih
dari siapapun. Tuhan selalu siap melindungi orang-orang setia kepadaNya.
“Langkah kaki orang-orang yang dikasihiNya dilindungiNya, tetapi orang-orang
fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya
sendiri seseorang berkuasa.” (1 Samuel 2:9). Maka sudah selayaknya kita
menyerahkan hidup kita kepada Tuhan yang paling mengetahui apa yang terbaik
bagi kita. Hiduplah dengan tuntunan Roh Kudus, berpeganglah selalu dengan erat.
Ketika kita menjadi orang-orang
setia yang selalu mengandalkan Tuhan dan bukan manusia atau kekuatan diri
sendiri, Tuhan tidak akan sabar untuk mencurahkan kasih dan pertolonganNya
kepada orang-orang yang selalu rindu padaNya. “Sebab itu Tuhan menanti-nantikan
saatnya hendak menunjukkan kasihNya kepada kita; sebab itu Ia bangkit hendak
menyayangi kita. Sebab Tuhan adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang
yang menanti-nantikan Dia” (bnd Yesaya 30:18). Lihatlah Tuhan menanti-nantikan
untuk menunjukkan betapa Dia mengasihi kita. Ketika hal ini berlaku, Dia akan
mendengarkan menjawab segala teriakan dan tangisan kita. (ay 19). Tuhan tengah
menanti-nanti kedatangan orang-orang yang percaya dan menggantungkan harapannya
tanpa putus kepadNya. Andaikanlah Tuhan, bukan yang lain. Tuhan pasti menjawab
dan memberikan jalan keluar terbaik. Tuhan rindu untuk mencurahkan kasih dan
pertolonganNya kepada orang yang selalu rindu akan Tuhan. Amen.
Diskusi :
Bagaimana dengan kita
selama ini menjalani hidup dalam kehidupan ini. Apakah kita selalu
andalkan dan tidak pernah berpaling dari Tuhan?
Kita semua mengetahui
bahwa Tuhan itu baik dan kasihsetiaNya senantiasa diberikan kepada kita, namun
mengapa kita harus sering meninggalkan Tuhan dengan alasan-alasan yang tak
sebanding dengan kebaikanTuhan?
Pdt.
Darwin Sibarani, S.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar