Jumat, 15 Januari 2016

MENJADI BERKAT BAGI ORANG LAIN

Dua setengah tahun Nabi Elia tinggal di Sarfat, di rumah janda itu, walau pun perbekalan janda itu hanya sedikit tepung roti dan sedikit minyak. Mereka bertiga boleh dicukupkan perbekalan yang sedikit itu. Menurut akal manusia, janda bersama dengan anaknya akan mati setelah perbekalan yang sedikit itu habis, padahal Elia dan janda itu bukan menjadi kekurangan bahkan makanan mereka tidak habis-habisnya. Muzijat itu terjadi karena janda itu patuh kepada firman Tuhan, karena janda itu memberi tumpangan kepada hamba Tuhan.
Permintaan Nabi Elia supaya janda itu lebih dahulu mempersiapkan makanan kepada Elia, boleh saja diartikan permintaan yang egois. Namun itu hanya ujian kepada janda itu supaya dia percaya kepada pemeliharaan Tuhan atas kehidupannya. Ternyata, tepung roti yang sedikit itu tidak habis-habisnya selama dua setengah tahun karena diberkati Tuhan. Itu bukti bahwa bukan karena usaha kita, kita boleh bertahan hidup; bukan karena usaha kita kebutuhan kita terpenuhi. Usaha kita mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya tidak menjamin usia dan hidup kita, itu hanya alat melayani Tuhan. Kita pasti tidak akan menjadi miskin dan tidak kekurangan makanan apabila kita rela memberikan sedikit dari yang kita miliki kepada orang yang membutuhkannya. Menolong sesama bukan menjadikan kita sengsara dan miskin, bahkan menjadikan kita semakin menerima banyak dari Tuhan.
Karena dimotivasi kekhawatiran, kita sering tidak rela memberikan banyak kepada kerajaan Tuhan. Kita sering pelit memberi persembahan mingguan, bulanan, karena khawatir perbekalan kita menjadi kurang dan sedikit. Dalam nats ini Elia meminta janda itu untuk lebih dahulu mempersiapkan makanan kepada Elia. Ternyata, walaupun janda itu lebih dahulu mempersiapkan makanan kepada Elia, makanan terus berlimpah, janda itu dan anaknya bukan menjadi lapar. Bahkan tepung roti dalam tempayan tidak habis dan minyak dalam bulibuli tidak kering.