Jumat, 22 April 2016

Tata Ibadah Hari Minggu HKBP

Pdt DR JR Hutauruk
Ephorus Emiritus HKBP 1998-2004



1. Istilah “Agenda” dalam Buku Tata Ibadah Gereja-gereja Batak.
Agenda: dari bahasa Latin yang artinya dalam bahasa Inggris menunjukkan sebuah daftar tentang halhal yang akan dikerjakan; kemudian kata itu digunakan oleh gereja-gereja protestan di Jerman “Agende” atau “Kirchenagende”, yaitu sebuah buku kumpulan tata ibadah yang dipakai oleh gereja, a.l kebaktian minggu biasa, kebaktian dengan perjamuan kudus, dengan babtisan, naik sidi, pemberkatan nikah, pemakaman, ordinasi (die Ordination zum Predigtamt), dll. Padanannya sebelum masa Reformasi, a.l. “Agenda missarum” (perayaan messe), “agenda mortuorum” (perayaan mengenang para orang mati), dll. Kumpulan Tata Ibadah HKBP dikenal dengan nama “Agende” (dulu) atau “Agenda” (kini) sesuai dengan pemakaian kata itu oleh gereja-gereja asal para misionaris yang bekerja di Tanah Batak (1861 – 1940).



2. Latar belakang historis.
Sejak awal pekabaran Injil di Tanah Batak ( 1850-an ) oleh para penginjil (Protestan) Eropa keinginan untuk pengadaan sebuah liturgi atau tata ibadah minggu dan peristiwa-pristiwa gerejawi lainnya sudah menggema dan upaya untuk itu sudah dilakukan. Ini nampak dari laporan-laporan para penginjil, seperti yang nampak dari laporan kegiatan pengabaran Injil di lembah Silindung (Batak – Toba) oleh Ingwer Ludwig Nommensen (Hutadame), Peter H.Johannsen (Pansurnapitu) dan August .Mohri.(Sipoholon). Mereka di tempat pelayanan masing-masing telah membuat gagasan-gagasan awal untuk menciptakan tata ibadah minggu, ibadah baptisan, perjamuan kudus, peneguhan sidi, pernikahan, dll. Dan ini semuanya telah bermuara pada sebuah buku Agenda, dan besar kemungkinan Agenda edisi pertama ialah Agenda 1904, yang menjadi acuan bagi paparan kita dalam mencari dasar-dasar teologis dan praktis sebuah Agenda HKBP untuk dipakai masa mendatang. Dugaan ini didukung oleh adanya sebuah buku pedoman dan penjelasan tata ibadah serta kelengkapannya, yang telah dipublikasikan melalui edisi bahasa Jerman terbit tahun 1906 dan edisi bahasa Batak ( Toba ) tahun 1907.

3 . Urutan mata acara ibadah dalam Agenda Edisi 1904.
Susunan mata acara ibadah menurut Edisi 1904 adalah sebagai berikut:
  1. Marende ( Menyanyi ).
  2. Pasu – pasu ( Berkat; “Votum” ).
  3. Manjaha sada ayat na tongon tu ganup Minggu manang ari pesta sian bag. IIA (Membaca sebuah nats mingguan atau sebuah nats yang ditentukan dalam bagia IIA Agenda).
  4. Martangiang (Doa dari bag.IID); Huria mandok (Jemaat menyambutnya dengan mengucapkan): Amen!
  5. Pandita mandok (Pendeta mengucapkan) : Didongani Debata ma hamu!; Huria mandok (Jemaat meresponnya): Amen! Tangihon hamu ma patik ni Debata (Dengarkanlah Hukum Allah): (manang sinungkun angka patik tu na torop I / atau menanyakan isi Hukum itu kepada jemaat yang beribadah).
  6. Huria mandok di ujung ( jemaat menyambutnya ): “Ale Tuhan Debata! Sai pargogoi ma hami, mangulahon na hombar tu patikmi! Amen!” ( Ya Tuhan Allah! Kuatkanlah kami melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan HukumMu. Amin!)
  7. Marende huria ( Jemaat menyanyi ): “O Jesus Panondang di portibi on” (No.24) ; manang No.21,3: “Paian Panondangmu ale Panondang i. Ambati ma na lilu di hasiangan i.” ; manang ayat ni Ende na asing pinillit, jadi do.
  8. Panopotion di dosa ( Pengakuan dosa ): Tatopoti ma dosanta! (Marilah kita mengaku dosa-dosa kita!) (Dijaha tangiang on,manang sada na asing taringot tu panopotion, na tarsurat di bag. II B/ membaca doa yang sudah tersedia atau memilih doa pengakuan dosa dari bagian IIB).
  9. Pandita mandok: Bege hamu ma baga-baga ni Debata,taringot tu hasesaan ni dosa (Pendeta mengucapkan: dengarlah janji Allah tentang pengampunan dosa itu) : “Molo tatopoti angka dosanta, haposan do Ibana jala bonar, manesa dosanta jala paiashon hita sian saluhutna hageduhon i.” ( Kalau kita mengaku dosa-dosa kita, Dia setia dan jujur untuk menghapus jala memurnikan kita dari segala kebohongan kita ). Manang hata baga-baga nasing na tarsurat di bag.II C ( Atau membaca sebuah janji pengampunan dosa dari bag IIC ).
  10. Huria marende (Jemaat menyanyi): “Amen, Amen, Amen na tutu do I, Sai marhasonangan na porsea i. Sesa do dosana salelengna I, Lehonon ni Jesus haposanta i!”
  11. Pandita mandok ( Pendeta mengatakan ): Tabege ma hata ni Debata turpuk ni ari Minggu on (Marilah kita mendengar Firman Allah nats untuk hari mInggu ini): (jahaon sian Evangelium manang sian Epistel manang sian Padan na Robi, na so sipajojoron di na sadari di parjamitaan / membaca dari kitab Injil atau nats darei Prjanjian Lama yang tidak perlu dihafalkan pada hari itu dari podium khotbah).
  12. Pandita mandok ( Pendeta mengatakan ): Martua do angka na tumangihon hata ni Debata, jala na umpeopsa. Amen! ( Berbahagailah orang yang mendengar firman Allah serta memperhatikannya / menyimpannya dalam hati. Amin!
  13. Huria mandok ( Jemaat menyambut dengan nyanyian ): “Hatami ale Tuhanhu, arta na ummarga I etc.”
  14. Pandita mandok ( Pendeta mengatakan ) : Tahatindanghon ma hata haporseaonta I (Marilah kita menyaksikan pengakuan percaya kita) , (rap mandok Pandita dohot huria / pendeta mengucapkannya bersama-sama denganjemaat): ….
  15. Huria marende ( Jemaat menyanyi ) : “Na martungkot sere au etc.” ( No.168 ) ; manang (atau) “Ojahan on do ingananhu” etc ( No. 155,6 ); manang ( atau ) “Pos ma ho rohanghu di Debata” etc ( No. 166 ) ; mamang ( atau ) :”Jahowa do haposanghi na, na mangapoi rohanghu” etc ( No. 148 ) ; manang ( atau ): “Loas hutiop Jesushi” etc (No. 172, 4).
  16. Pandita ro tu parjamitaan, dohononna ma ( Pendeta maju ke podium khotbah serta mengucapkan ):”Dame ni Debata, na sumurung sian saluhut roha, I ma mangaramoti angka ate-atemuna dohot rohamuna, marhute-hite Jesus Kristus. Amen! / Damai Allah yang melebihi segala akal, itulah yang memelihara hati dan pikiranmu melalui Jesus Kristus. Amin!
  17. Marjamita ( Berkhotbah ). Dung sun marjamita, martangiang sian roha ( khotbah ditutup dengan doa bebas ).
  18. Tingting (Warta jemaat). Tiningtinghon angka sitingtinghononhon di huria (pemberitahuan apa-apa yang perlu diketahui dan dilakukan oleh jemaat).
  19. Huria marende ( Jemaat menyanyi ). ( Andorang marende mardalan durung-durung / persembahan / menyanyi sambil memberikan persembahan ke kantong persembahan yang diedarkan oleh para penatua )).
  20. Pandita ro tu jolo ni langgatan, martangiang ( Pendeta datang menuju mezbah dan membacakan doa ): Dijaha ma sada tangiang, na tongon tu minggu manang pesta / doa dipilih dari doa yang ditentukan untuk setiap minggu ( ida di bag.II E di buku on / lihat bag II E Dario Agenda ).
  21. Udutna luhut huria mandok ( semua jemaat mengucapkan Doa Bapa Kami ): “Ale Amanami na di banua ginjang ….Amen!
  22. Pasu-pasu ( berkat ) : “Dipasu-pasu jala diramoti ….” Manang / Atau : “Didongani asi ni roha ni Tuhanta Jesus Kristus ….”
  23. Laho haruar ( ketika saat keluar ibadah ) : marende angka anak dohot boru sikola, sada ende na pinillit hian ( anak-anak sekolah laki-laki dan perempuan menyanyikan sebuah lagu yang sudah dilatih sebelumnya ).
4. Agenda 1904 dan Agenda HKBP terkini 1998.
Melihat susunan mata acara ibadah 1904 tersebut di atas, jika dibandingkan dengan susunan mata acara ibadah dalam Agenda edisi terkini , misalnya edisi 1998, maka beberapa diantaranya punya tempat yang tetap, tetapi ada pula yang sudah bergeser, ada penambahan, pengurangan, bahkan ada pula penghapusan.
Pertama, dalam satuan Votum: dalam Agenda 1904 ( nomor 1 – 5 ), mata acara no. 4 dan 5 sudah ditiadakan dalam Agenda 1998; mungkin sebagai gantinya dalam Agenda 1998 ialah  mata acara no 3 di mana jemaat menyambut votum ( dan introitus ) dengan menyanyian
Haleluya 3 kali.
Kedua, mata acara tentang pembacaan Hukum Taurat ( Dasa Titah ) berada dalam posisi yang sama dalam kedua Agenda, di mana tempatnya sesudah satuan mata acara yang termasuk bagian votum dan introitus (Agenda 1904 dalam nomor 5-6) sedang dalam Agenda 1998 dalam nomor 6-7). Sebagai catatantambahan: mata acara ini tidak disinggung oleh F.Tiemeyer dalam paparannya tahun 1936 itu. Mungkin perlu juga mencari alasan mengapa beliau tidak membuat refleksi teologis – praktisnya. Apakah ada keinginan untuk menghilangkannya dari mata acara ibadah? Cuma ada juga perubahan dalam mata acara (no. 8) menyanyi dalam Agenda 1904, di mana beberapa nyanyian tertentu sudah dipilih untuk menyambut Hukum Taurat Tuhan, sedangkan dalam Agenda 1998 nyanyian tersebut dapat dipilih sesuai dengan fungsinya.
Ketiga, satuan mata acara berikut ialah tentang pengakuan dosa serta janji penghapusan dosa (Agenda 1904, mata acara nomor 9-11 dan Agenda 1998,mata acara 9-11). Dalam kedua Agenda tersebut mata acara ini ditempatkan sesudah mendengar Hukum Taurat. Namun dalam mata acara tentang janji penghapusan dosa, Agenda 1904 telah menyusun doa tertentu :”Molo itatopoti angka dosanta …!” Doa ini dapat juga diganti oleh salah satu doa yang tersedia dalam bagian II.C. Doa tersebut sudah dihilangkan dalam Agenda 1998. Perubahan lain yang terjadi diantara kedua Agenda tersebut ialah dalam hal menyanyikan nyanyian menyambut mata acara pengakuan dosa dan janji penghapusan dosa. Agenda 1904 (mata acara nomor 11) mencantumkan nyanyian tertentu yaitu :”Amen, Amen, Amen, na tutu do I, Sai marhasonangan na porsea i. Sesa do dosana, salelengna I, Lehonon ni Jesus, haposanta i!” Agenda 1998 tidak membatasinya, artinya bisa diambil nyanyian yang sesuai dengan mata acara tersebut.
Keempat, satuan tentang pembacaan firman Allah (Epistel) ditempatkan sesudah pengakuan dosa dan janji penghapusan dosa dalam kedua Agenda tersebut ( Agenda 1904 dalam mata acara nomor 12-14, dan dalam Agenda 1998 dalam mata acara nomor 12-13 ). Dalam Agenda 1904, jemaat menyambut pembacaan firman dengan nyanyian yang sudah ditentukan dalam Agenda, yaitu :”Hatami ale Tuhanku, arta na ummarga etc.” Agenda 1998 tidak membatasinya.
Kelima, satuan mata acara berikut untuk kedua Agenda ialah jemaat mengucapkan Pengakuan Percaya Rasuli (Agenda 1904,nomor 15-16 dan Agenda 1998,nomor 14). Tetapi Agenda 1998 telah menambahkan kalimat ajakan liturgis untuk pengucapan secara bersama melalui kalimat berikut : “….. songon na hinatindanghon ni donganta sahaporseaon di sandok portibi on. Rap ma hita mandok: …” Agenda 1904 menyebutkan beberapa nyanyian (5 nynyian) untuk menguatkan pengakuan percaya jemaat tersebut, dan Agenda 1998 tidak membatasinya.
Keenam, ada perbedaan yang signifikan dalam mata acara berikutnya. Agenda 1904 (mata acara nomor 17-19) menempatkan mata acara untuk khotbah yang didahului oleh doa peneguhan akan janji Allah yang telah memberikan damai sejahteraNya dan akan memberikan-Nya lagi melalui firman Allah yang dikhotbahkan oleh pengkhotbah. Sesudah khotbah, jemaat mendengar “Tingting” (warta jemaat: mata acara nomor 19); kemudian dilanjutkan dengan nyanyian menyambut khotbah dan tingting, dan pada saat bernyanyi jemaat mengumpulkan persembahan (“durung-durung”). Dapat dicatat, bahwa persembahan dilakukan satu kali, dan dalam Agenda 1998 sebanyak dua kali.Dan akhir-akhir ini persembahan sudah dilakukan tiga kali (tiga kantongan persembahan). Agenda 1998 menempatkan mata acara tentang “Tingting” (mata acara nomor 15) sesudah mata acara Pengkuan Iman Percaya, kemudian menyanyi sebagai penghantar khotbah (mata acara nomor 17) sambil jemaat mengumpulkan persembahan (dengan dua kantongan : mata acara nomor 16). Khotbah disambut oleh jemaat dengan menyanyi; dan tanpa dicantumkan dalam mata acara 18, jemaat juga mengumpulkan persembahan kedua kali (dengan satu kantongan )
Dengan demikian nampak adanya pergeseran tempat dari mata acara “Tingting”: Agenda 1904 menempatkannya sesudah khotbah, sedang Agenda 1998 menempatkanannya sebelum khotbah. Melalui penempatan ini, nampak bahwa Agenda 1904 lebih dekat kepada susunan mata acara ibadah dari Agenda Gereja Injili Union (Die Evangelische Kirche Der Union di Prusia, Jerman).