Selasa, 19 Juli 2016

RESTORASI KEHIDUPAN KELUARGA



Darwin Lubantobing
Alfin Toffler, futorolog dan penulis The Future’s Shock, awal 1980-an, mengatakan; ekses globalisasi yang membonceng industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dapat meruntuhkan dan memporak-porandakan nilai-nilai etis moral yang selama ini dijunjung agama. Hampir tidak ada yang dapat menghempang demoralisasi yang berbaur dengan pola hidup globalisasi itu. Satu-satunya yang dapat menghempangnya hanyalah keluarga.

Keluarga merupakan satu-satunya harapan dan benteng terakhir mengawasi, membina, membentuk dan memelihara nilai-nilai etis, moral dan peradaban kemanusiaan, termasuk nilai-nilai kekristenan. Karena itu, keutuhan kehidupan keluarga sangat perlu dipelihara dan dipertahankan. Sebab peranannya sangat potensil menyangga kehidupan moral masyarakat dan nilai-nilai etis kekristenan.

INGKON JAHOWA DO OLOANNAMI



Oleh : Pdt Lukman Panjaitan

Tahun 2016, HKBP  menetapkan sebagai “Tahun Bapak Ama/Keluarga” dengan tema: Menjadi Keluarga Yang Beribadah Kepada Tuhan (Yosua 24: 14-24) Kata bapak dalam bahasa Iberani disebut: Ab (bandingkan kata Iberani: abba) Bahasa Arab disebut: abu. Pater dalam bahasa Yunani. Bentuk jamaknya;  pateres mempunyai arti bapak-bapak/ayah bersama ibu. Orang tua yang bertanggung jawab untuk mengasuh dan mendidik anak-anak agar menjadi anak-anak yang  berkenan bagi Tuhan.

Seorang bapak menjadi pemimpin bagi suami dan juga anak-anaknya yang dalam perspektif Kristen berperan sebagai seorang imam (bahasa Batak:  malim) yaitu orang  yang memimpin dan mewakili keluarga  untuk beribadah kepada Allah. Sebab itulah,  tahun bapak/ama disebut dengan tahun keluarga mengingat kedudukan dan peranan seorang bapak/ama yang sangat besar dan menentukan dalam kehidupan keluarga (isteri dan anak-anak).