Selasa, 17 April 2018

MENGENANG SEORANG PEREMPUAN BERNAMA TAMAR

2 Sam. 13-39

Dalam Alkitab kaum perempuan kurang mendapat tempat dan peran yang seimbang dengan laki-laki. Laki-laki mendominasi pemeran utama dan perempuan hanya sebagai pemeran pembantu atau figuran saja dalam peran-peran historis perjalanan umat Allah.Tradisi orang Batak juga demikian walaupun kelihatannya sudah ada perubahan kearah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Tradisi berbangsa dan bernegara terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia juga demikian. Itulah sebabnya kini sangat sering terdengar isu-isu mengenai masalah jender. Gerejapun mengadopsi tradisi tersebut. Sampai kini belum ada Paus, Uskup atau Pastor dari kalangan perempuan. HKBP baru dapat menerima perempuan menjadi penatua pada tahun 1982 dan baru pertama kali mentahbiskan perempuan menjadi pendeta pada tahun 1986.

Tamar adalah salah satu kasus mengenai perempuan di dalam Alkitab yang menjadi korban laki-laki. Dia menjadi korban karena otoritas laki-laki terhadap perempuan. Dia diperkosa bukan oleh orang lain dan di tempat lain, tetapi oleh saudaranya Amnon (abang lain ibu) di tempat tinggalnya sendiri yaitu di Istana Raja Daud bapaknya. Kecantikan Tamar, lingkungannya, kemewahannya dan kehidupannya yang makmur ternyata tidak memberikan kebahagiaan baginya, kerena realitasnya ia menjadi korban. Dalam kisah tersebut banyak laki-laki lain yang terlibat, yaitu Yonadab abang sepupunya, Daud bapaknya, Absalom abangnya (seibu dab sebapak) dan mungkin beberapa orang lagi yang tidak tertulis di Alkitab. Ternyata semuanya tidak memberikan perhatian atas penderitaan Tamar. Konflik yang bermula antara Tamar dengan Amnon di dalam istana bergeser dengan konflik antara Absalom dengan Amnon dan Absalom dengan Daud di luar istana. Ini berarti konflik antara laki-laki dengan perempuan bergeser ke konflik antara laki-laki dan laki-laki (ayat 20-22,39). Konflik antara Absalom dengan Amnon berakhir dengan matinya Amnon ditangan kelompok Absalom (ayat 28-29) dan konflik Absalom dengan Daud bapaknya berakhir dan hilangnya kemarahan Daud pada Absalom (ayat 39). Konflik selesai menurut perspektif laki-laki dan bukan menurut perspektif perempuan karena kisah Tamar tetap tidak berakhir.

Gadis Tamar yang semula dicintai Amnon dan dikasihi Amnon (ayat 4,11) dalam waktu cepat (setelah ..... ) menjadi sangat dibenci Amnon (ayat 15) dan akhirnya Tamar diusir Amnon keluar (ayat 17). Akhir kisah Tamar sang korban hanya dapat menaruh abu di atas kepalanya, mengoyakkan baju kurung yang mahal indah yang dipakainya, meletakkan tangannya di atas kepalanya dan pergilah ia sambil meratap dengan nyaring (2 Sam. 13:19). Tindakan ini dilakukannya merupakan cara perempuan mengungkapkan perasaan malu dan terhina tanpa masa depan. Perempuan Tamar berakhir sebagai somema, manusia yang terbuang. Apabila di lingkungan istana di lingkungan strata sosial yang tinggi dapat terjadi peristiwa seperti itu, tentu di lingkungan masyarakat umum dapat juga terjadi.

Untuk dapat menghayati kisah Tamar, saudara harus bermrditasi, berdoa dan membaca kisah tersebut berulang-ulang. Saudara harus bergumul dengan teks dan konteks kisah tersebut. Saudara harus seperti hidup pada saat itu dan menjadi pemeran dalam kisah tersebut. Kisah tersebut saudara hantarkan ke masa kini dengan konteks yang mukin telah berbeda. Dengan demikian saudara akan mempunyai beberapa sudut pandang yang akan memberikan pemahaman yang lebih dalam dan luas akan kisah Tamar. Pemahaman ini diharapkan dapat memampukan saudara untuk mencegah korban-korban seperti Tamar di masa kini. Saudara dapat melaksanakan kesetaraan jender minimal di dalam keluarga sendiri dan bila mungkin tentu didalam masyarakat, bangsa, negara dan gereja. Saya yakin sudut pandang kita akan berbeda-beda dalam memahami dan memaknai kisah Tamar. Hal ini tidak menjadi masalah karena sudut pandang saudara adalah kebebasan berrekpresi. Tidak ada benar dan salah dalam hal ini. Yang ada hanyalah apakah relevan atau tidak relevan.

Untuk mengenang Tamar, kita tidak boleh diam pada setiap korban kekerasan, kita harus berdiri diatas kebenaran, keadilan dan kasih. Kita harus bergandengan tangan dengan sesama tanpa perbedaan. Memang sangat sukar untuk melaksanakannya, namun Roh Kudus akan membimbing kita.

DUNIA MEMANG KERAS DAN KEJAM NAMUN KEBENARAN, KEADILAN, KASIH, PENGAMPUNAN DAN REKONSILIASI TIDAK AKAN PERNAH SIRNA....!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar